Viktor mendekap Cintya. Membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.
Viktor: "Sebaiknya, kau tinggal di sini. Aku tidak mau kau sampai tidur di jalanan yang dingin itu."
Cintya: "Baiklah.. Terimakasih, Viktor.."
Mulai hari itu, Cintya tinggal di rumah Viktor. Setiap ke sekolah, Viktor mengantarnya dengan mobil mewah. Membuat seluruh teman sekolah Cintya berdecak kagum. Pulangnya, juga begitu. Viktor yang menjemput.
Suatu siang, Viktor sudah menunggu di depan sekolah. Ia berdiri di depan mobilnya. Lalu melihat Cintya baru keluar dari gerbang sekolah, dan berjalan cepat menghampiri Viktor.
Cintya: "Aku senang sekali hari ini.."
Mereka ngobrol di dalam mobil.
Viktor: "Kenapa?"
Cintya: "Hasil testku minggu ini.. nilainya bagus. Aku puas."
Viktor: "Aku ucapkan selamat."
Tawa Cintya mulai pudar.
Cintya: "Viktor, aku ingin cari kerja."
Viktor: "Kerja? Untuk apa?"
Cintya: "Bodoh! Tentu saja untuk dapat uang. Aku harus bayar uang sekolah, beli buku, baju, sepatu, dan kebutuhanku yang lain."
Viktor: "Cintya, kau masih muda. Sebaiknya belajar saja sampai lulus. Kalau kau butuh sesuatu, kau bilang saja padaku."
Cintya menyentuh tangan pria itu.
Cintya: "Viktor, kau sudah terlalu baik padaku. Dan kau mau melakukan banyak kebaikan lagi untukku. Apakah aku pantas menerimanya? Entah apa yang harus ku lakukan untuk membalasnya. Aku pasti tak akan sanggup."
Viktor menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia menoleh pada Cintya, dan menatap gadis itu lekat-lekat. Menggenggam kedua tangannya.
Viktor: "Aku senang berbuat baik padamu. Tapi.. kalau kau terus berpikir untuk membalas kebaikan ini.. Aku akan merasa sangat sedih.."
Cintya: "Ti, tidak.. Bukan begitu. Aku.. tidak ingin membuatmu sedih. Sungguh.."
Viktor: "Kalau begitu, jangan pernah memikirkan cara untuk membalas ini semua."
Cintya: "Baiklah.. Tapi.. biarkan sudatu hari nanti, aku melakukan sesuatu yang terbaik untukmu."
Viktor: "Kalau begitu, sudah diputuskan.."
Viktor memang orang yang sangat baik. Ia tampan dan kaya. Ia memiliki banyak perusahaan besar di seluruh dunia. Kekayaannya tak kan habis dimakan 100 generasi pun. Anehnya, di usianya saat ini.. ia belum beristri. Jangankan istri. Pacar saja dia tidak punya.
Viktor: "Sejak aku kehilangan kedua orang tuaku, saat berumur 21 tahun, aku tidak pernah berpikir tentang wanita, menikah, atau berkeluarga. Aku hanya berpikir untuk mempertahankan apa yang selalu diperjuangkan oleh ayahku. Yaitu kejayaan, kesuksesan, dan kekayaan sebesar ini.."
Cintya: "Kau benar-benar hebat."
Viktor: "Di rumah ini, aku hanya tinggal bersama Ben. Sepupuku, yang juga asistentku."
Cintya: "Aku kagum sekali padamu. Kau orang sibuk. Tapi tidak mengandalkan pelayan untuk melayanimu. Ben juga begitu setia."
Viktor: "Jujur saja, selama ini aku merasa kesepian. Tapi, setelah ada kau, rasanya.. kesepian itu berkurang."
Cintya tersenyum.
Cintya: "Kalau begitu, aku akan menemanimu. Agar tidak kesepian. Lagi pula, aku juga tidak ingin pulang. Aku tidak mau kembali. Kalau tidak ada kau.. pasti aku sudah jadi gelandangan yang kesepian. Ternyata.. Tuhan masih baik padaku."
Cintya berdiri, lalu memalingkan wajahnya. Menatap ke luar jendela. Ada banyak bintang bertaburan. Terlihat pula gedung-gedung menjulang tinggi, hanya tampak atapnya saja.
Suatu hari, saat pulang sekolah, Viktor tidak bisa menjemput Cintya. Ia menyuruh Ben menjemput gadis itu.
Cintya: "Viktor mana?"
Ben: "Ada rapat dengan beberapa relasi. Nanti sore baru selesai."
Cintya: "Oh.."
Ia masuk ke mobil. Melepas tas punggungnya. Setelah begitu panasnya terik matahari, kini terasa sangat sejuk setelah masuk mobil, dengan AC yang menyala.
Tiba-tiba terdengar suara ribut di jok belakang. Dan muncullah seorang pria yang sangat dikenal oleh Cintya.
Cintya: "Viktor?! Apa yang sedang kau lakukan?"
Viktor: "Aku.. cuma mau memberikan kejutan untukmu.."
Cintya: "Kau ini.."
Viktor: "Ben! Kenapa di belakang sini bau sekali?"
Ben: "Nanti ku periksa."
Cintya masih menatap Viktor. Pria itu tersenyum.
Viktor: "Kejutannya berhasil, kan?"
Cintya: "Ini tidak lucu!"
Viktor: "Hh.. aku sudah susah payah bersembunyi di situ. Tapi.. kau tidak tertawa."
Cintya masih diam. Ia sama sekali tidak tertawa. Senyum pun sepertinya sangat mahal.
Viktor: "Kau tidak suka, ya?"
Ia tersenyum. Lalu duduk di samping gadis itu. Mendekatinya.. dan mendekatinya. Lalu, Cintya mendorongnya kuat-kuat.
Cintya: "Kau menyebalkan!"
Ia mendorong terlalu kuat, hingga kepala Vikter terbentur pintu mobil.
Viktor: "Ah.. kau kasar sekali. Kepalaku.. sakitnya.."
Cintya segera melihatnya.
Cintya: "Maaf, aku tidak sengaja.. Coba lihat.. apa terluka?"
Tiba-tiba Viktor malah tertawa.
Viktor: "Kau kena lagi!"
Cintya kesal. Ia memukul dada pria itu.
Cintya: "Sama sekali tidak lucu! Jangan tertawa!"
Viktor: "Benarkah, tidak lucu? Wah.. aku harus pikirkan cara lain, supaya bisa membuatmu tertawa."
Ia masih berpikir.
Viktor: "Ng.. Ben, kau ada ide?"
Ben hanya tertawa. Ia melihat wajah cemberut Cintya, dan Viktor yang sedang bingung lewat kaca spion tengah.
Ben: "Ng.. apa, ya..?"
Cintya: "Eh.. sudahlah.. kenapa kalian malah sibuk untuk mengerjaiku? Baiklah. Dari tadi kau sudah lucu, Viktor."
Ia terpaksa tertawa.
Viktor: "Kenapa.. tawanya terpaksa begitu?"
Melihat tingkah Viktor memang lucu. Lama-lama, Cintya tertawa lepas. Membuat Viktor dan Ben ikut tertawa.
Sesampainya di rumah, Viktor langsung ke kantor. Cintya sendiri segera istirahat siang sambil mengerjakan tugas sekolah. Karena Cintya sendirian, Viktor meminta Ben untuk menemani gadis itu.
Sudah pukul 4 sore. Viktor belum kembali. Ben.. entah di mana dan sedang apa.
Cintya keluar dari kamarnya. Ia lapar. Ia berjalan ke dapur. Di kulkas, ia menemukan sekotak sereal dan setengah botol susu. Juga ada roti dan selai.
Cintya: "Ah.. malas sekali masak. Aku makan ini saja."
Rasanya nikmat sekali. Meski sendirian. Ia mengambil sebotol pepsi dan gelas kosong. Ugh.. segarnya.
Tapi, kenikmatannya sedikit terganggu. Ia mendengar suara langkah kaki yang berat di belakangnya.
Cintya: "Sudahlah, Viktor. Aku tidak akan terkejut. Jadi, acara kejutanmu gagal total."
Ia bicara dengan mulut penuh makanan.
Langkah itu tak juga berhenti. Malah semakin mendekat. Cintya pun menoleh. Dan melihat seseorang yang bukan Viktor. Juga bukan Ben. Ia adalah seorang wanita dewasa yang cantik dan sangat anggun.
Cintya segera menelan makanannya. Setelah itu baru bicara.
Cintya: "Ka, kau siapa?"
Wanita itu tersenyum kecut. Sepertinya sedang kesal. Dia adalah Ashley.
Ashley: "Seharusnya, aku yang tanya. Kau siapa? Pembantu baru Viktor?"
Cintya: "Jangan sembarangan bicara! Kau sendiri siapa? Masuk kemari tanpa mengetuk pintu? Tanpa mengucap permisi? Sangat tidak sopan!"
Ashley: "Kau ini.. kurang ajar sekali! Asal kau tau, aku calon istri Viktor!"
Degg! Calon istri?
Tampilkan postingan dengan label Episode 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Episode 3. Tampilkan semua postingan
Sabtu, 12 Juli 2008
Langganan:
Postingan (Atom)