Rabu, 23 Juli 2008

Quit Playin' Games With My Heart (episode 4)

Ashley mengaku, bahwa dirinyalah calon istri Viktor.
Cintya: "Aku tidak percaya. Sebaiknya kau pergi dari sini. Sebelum terjadi keributan."
Ashley: "Pergi? Enak saja! Kau hanya pembantu! Mana pantas mengusirku?"
Cintya tidak mau buat banyak masalah. Ia memanggil Ben. Dan asistent yang juga sepupu dan sopir Viktor itu datang.
Ben: "Ada apa, Cintya?"
Cintya: "Kau kenal dia?"
Cintya menunjuk pada Ashley.
Ben: "Ashley? Kau mencari Viktor?"
Ashley: "Tentu saja. Mana dia?"
Ben: "Sedang di kantornya. Ada rapat proyek dengan rekan bisnisnya."
Ashley: "Kalau begitu.. aku menunggunya di sini."
Ia duduk di sofa ruang tengah.
Ashley: "Ng.. pelayan, buatkan aku secangkir kopi susu yang tidak terlalu manis. Juga jangan terlalu panas."
Ia memberikan perintah pada Cintya. Ben tidak bisa berbuat lebih. Ia hanya menelpon Viktor.
Cintya: "Enak saja! Kau buat sendiri sana! Ambil cangkirnya di rak. Kopi, gula, dan air panasnya ada di dapur!"
Ashley: "Kau berani membantah?"
Ben: "Aku saja yang buat."
Ia tidak ingin Cintya bertengkar dengan Ashley.
Cintya: "Ben, jangan! Kau bukan pelayannya, kan?"
Kemudian, setelah menghabiskan makanannya, ia kembali ke kamar. Sebelum masuk, ia bicara lagi.
Cintya: "Nona! Kau tunggu saja Viktor di sini. Aku ingatkan padamu. Lain kali, jangan sembarangan bicara. Supaya tidak ditampar orang."
Tanpa menunggu komentar wanita angkuh itu, Cintya langsung masuk kamar.
Sedangkan Ben, juga meninggalkan Ashley di ruang makan. Ia menelpon Viktor lagi.
Viktor: "Aku sudah di depan pintu."
Ia masuk ke rumah, dan melihat Ashley duduk di sofa sambil merokok.
Viktor: "Sedang apa kau di sini?"
Melihat Viktor datang, dia langsung mematikan rokoknya.
Ashley: "Viktor.. kau datang.."
Ia mulai merayu.
Ashley: "Kau dari mana saja? Apa.. sudah makan malam? Bagaimana kalau kita makan malam di luar? Aku yang traktir.."
Ia meraba dada Viktor dengan lembut dan genit. Buru-buru Viktor mendorongnya.
Viktor mendorongnya.
Viktor: "Apa.. waktu itu kau masih belum mengerti ucapanku? Aku katakan sekali lagi, aku sama sekali tidak tertarik padamu!"
Suara Viktor keras dan tinggi.
Terdengar sampai ke seluruh rumah. Termasuk kamar Cintya.

Sedari tadi, Cintya hanya nonton tv di kamarnya. Mendengar suara Viktor, ia segera mematikan tv-nya.

Ashley ikut kasar.
Ashley: "Kenapa kau jahat padaku? Kenapa kau berkata begitu padaku? Apa karena pembantu sialan itu?!"
Viktor: "Pembantu apa maksudmu?"
Ashley: "Jangan balik bertanya!"
Viktor langsung ingat Cintya.
Ashley: "Pembantu kurang ajar itu!"
Viktor tidak peduli lagi, dengan apa yang dikatakan oleh Ashley. Ia memanggil Ben. Yang dipanggil pun segera datang.
Viktor: "Keluarkan dia dari rumah ini! Jangan sampai dia masuk lagi."
Ben: "Dengan.. senang hati.."
Ia segera menyeret Ashley keluar dari rumah itu.
Ashley: "Viktor, kenapa kau lakukan ini padaku?"
Viktor tidak menjawab. Ia pergi ke kamar Cintya.

Mendengar suara langkah kaki di depan pintu, Cintya tau, itu pasti Viktor. Ia segera mematikan lampu, lalu memejamkan mata.

Viktor ingin bicara dengan Cintya. Sayangnya, gadis itu sudah tidur. Ia membetulkan selimutnya. Lalu duduk di tepi ranjang.
Viktor: "Aku janji, tidak akan ada lagi yang berani menghinamu."
Mendengar kata-kata Viktor, Cintya sangat terharu. Saat laki-laki itu hendak keluar kamar, buru-buru Cintya bangun.
Cintya: "Viktor!"
Yang dipanggilnya menoleh, dan tersenyum. Tapi, Cintya tak membalasnya. Lalu, Viktor kembali duduk di samping Cintya lagi. Ruangan gelap tak ia pedulikan. Ia merasa hafal dengan sebuah tempat di sisi gadis itu.
Viktor: "Kau marah padaku?"
Cintya: "Marah? Tentu saja tidak.."
Viktor: "Kau tidak marah, setelah dihina oleh Ashley?"
Cintya: "Iya, aku marah. Tapi bukan padamu. Sebenarnya, aku sudah biasa diperlakukan begitu. Tapi.. sudahlah. Tidak usah diperpanjang."
Viktor tersenyum. Sangat lega mendengar kata-kata Cintya.
Cintya: "Eh, kau sudah makan malam? Kelihatannya kau lelah. Mau ku buatkan susu hangat? Maaf, aku tidak bisa memasak."
Viktor: "Tidak usah repot-repot. Aku sudah makan di kantor. Tadi memang agak sibuk. Tapi, aku hanya perlu tidur."
Cintya: "Kalau begitu.. kau lekas tidur, ya."
Viktor tersenyum. Ia memeluk Cintya.
Viktor: "Suatu hari nanti, bila aku melakukan kesalahan padamu, kau tak perlu menahan marah. Asal kau tidak pergi dariku, sampai mati pun aku rela kau maki."
Cintya tertawa.
Cintya: "Kau ini bicara apa? Kau pasti mengantuk."
Viktor melepas pelukan itu.
Viktor: "Ya.. aku sudah mengantuk. Aku ke kamarku dulu. Selamat malam."

Suatu pagi, Cintya baru keluar kamar. Ia sudah siap mau pergi ke sekolah. Ia segera ke ruang makan untuk sarapan. Di ruangan itu, Viktor dan Ben juga sedang sarapan.
Ben: "Kelihatannya.. kau sangat senang hari ini. Kenapa?"
Sambil mengolesi roti dengan selai, Cintya menjawabnya.
Cintya: "Mulai hari ini.. pergi dan pulang sekolah, tidak perlu antar jemput aku, ya.."
Viktor: "Memangnya kenapa?"
Cintya: "Aku.. punya pacar."
Wajah gadis itu memerah.
Viktor dan Ben terkejut mendengarnya.
Ben: "Pacar?"
Cintya: "Iya.. Ah.. aku jadi malu."
Viktor: "Kau.. mencintai pacarmu itu?"
Cintya: "Kenapa tanya begitu? Aku jadi tambah malu.. Jujur saja, aku tidak mencintainya. Tapi entah bagaimana nanti, aku juga tidak bisa memprediksikannya. Pokoknya, dia tampan sekali. Oh ya, ini pertama kali aku pacaran. Jadi.. agak malu.."
Ben tertawa. Tapi Viktor tidak.
Ben: "Semoga kau sukses dengan pacar pertamamu. Kau bisa tanya-tanya padaku soal ini."
Viktor: "Eh, Cintya, sebaiknya kau belajar yang rajin. Jangan hanya memikirkan pacar."
Cintya: "Iya, aku tau, Viktor."
Gadis itu menghabiskan sarapannya.
Cintya: "Dia.. pasti sudah menunggu di luar. Aku.. pergi dulu. Dah!"
Sambil tertawa dan tersenyum sendiri, ia masuk lift.

Mendadak, Viktor bicara yang aneh-aneh.
Viktor: "Kenapa dia pacaran? Dia masih sekolah, kan?"
Ben: "Kan sudah biasa anak sekolah punya pacar. Bahkan melakukan aksi orang dewasa."
Viktor: "Aksi orang dewasa? Maksudmu apa?"
Ben: "Masa kau tidak mengerti? Payah!"
Akhirnya, Viktor mengerti maksud Ben.

Pacar Cintya bernama Randy. Teman sekolah, bahkan sekelas.
Randy: "Kau pasti senang tinggal di rumah semewah ini."
Cintya: "Iya. Senang sekali. Viktor sangat baik padaku. Juga Ben. Mereka benar-benar baik. Terutama Viktor."
Mulai hari itu, Cintya dan Randy berangkat dan pulang sekolah bersama.
Setiap sampai di rumah, dengan semangat Cintya bercerita tentang hubungannya dengan Randy.
Cintya: "Dia itu, murid paling pandai di kelasku. Dia mengajariku semua pelajaran yang sulit."
Viktor: "Sepertinya.. dia hebat sekali. Dibanding dia, aku tidak ada apa-apanya. Iya, kan?"
Pertanyaan itu aneh sekali. Viktor sendiri tidak sadar kalimat itu keluar dari bibirnya begitu saja. Meluncur bagaikan panah yang melesat, dan menusuk hati Cintya.

Tidak ada komentar: